TUGAS
3
ILMU BUDAYA DASAR
‘Sejarah Candi Prambanan’
Gerry Sentika Riyanto
14114492
1KA08
Sistem
Informasi
Fakultas
Ilmu Komputer dan Teknologi Informatika
Mei 2015
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbilalamin Puji syukur saya panjatkan
kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan Rahmat dan
Karunia-Nya sehingga saya dapat menyusun makalah ilmu budaya dasar ini dengan
tepat waktu.
Dalam tugas ini saya dapat menyelesaikan karya tulis
dengan judul “Sejarah Candi Prambanan”. Dan saya membuat tugas ini karena ingin
mempelajari mata kuliah ilmu budaya dasar. Saya menyadari bahwa baik isi maupun
penyusunan makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu segala saran, tegur
sapa, dan kritik membangun sangat saya harapkan.
Demikianlah, semoga makalah yang saya buat ini
dapat bermanfaat bagi saya dan semua pihak yang telah membacanya.
Depok, 1 Mei2015
A. LATAR BELAKANG
Roro
Jonggrang adalah putri dari Prabu Baka dari Kerajaan Prambanan, Daerah Istimewa
Yogyakarta, Indonesia. Roro Jonggrang memiliki paras yang cantik jelita. Suatu ketika,
ia dilamar oleh seorang kesatria yang bernama Bondowoso dari Kerajaan Pengging.
Roro Jonggrang bersedia menerima lamaran itu, asalkan Bondowoso mampu
membuatkan seribu candi dan dua buah sumur dalam waktu semalam.
B. Letak /
Lokasi Candi Prambanan
Candi
prambanan terletak di Kecamatan Prambanan, namun nama kecamata ini dipakai oleh
dua wilayah administrative yang sama-sama memilki bangunan candi ini, yaitu
prambanan Sleman dan Prambanan Klaten. Candi ini berada ± 17 Km Timur Laut
Yogyakarta, 50 Km Barat Daya Surakarta, dan 120 selatan Semarang, persis di
perbatasan antara propinsi DI Yogyakarta dan Jawa Tengah. Letak candi ni sangat
unik mengingat candi ini terletak di dua wilayah kecamatan yang sama namanya,
yakni bangunan candi ini terletak di wilayah administrasi desa Bokoharjo,
Prambanan, Sleman, sedangkan pintu masuk kompleks candi prambanan ini terletak
di wilayah administrasi desa Tlogo, Prambanan, Klaten.
C.
RUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di
atas, maka penulis memunculkan rumusan masalah di antaranya, sebagai berikut :
1. Bagaimanakah cinta kasih antara Bandung Bondowoso terhadap roro jonggrang?
2. kesan apa yang dapat disampaikan berdasarkan cerita tersebut?
3. Bagaimana
Bondowoso menyelesaikan pembangunan 1000 candi dan dua buah sumur dalam waktu
semalam ? 1. Bagaimanakah cinta kasih antara Bandung Bondowoso terhadap roro jonggrang?
2. kesan apa yang dapat disampaikan berdasarkan cerita tersebut?
ISI
Sejarah Candi Prambanan
pada
zaman dahulu kala, ada seorang raja yang bernama Prabu Baka yang bertahta di
Prambanan. Ia seorang raksasa yang menakutkan dan memiliki kesaktian yang
tinggi. Wilayah kekuasaannya sangat luas. Kerajaan-kerajaan kecil di sekitar
wilayahnya semua takluk di bawah kekuasaannya. Meskipun seorang raksasa, Prabu
Baka mempunyai seorang putri cantik yang berwujud manusia bernama Roro Jonggrang.
Prabu Baka sangat menyayangi putri tunggalnya itu. Sebagai wujud kasih
sayangnya kepada putrinya, ia mewariskan seluruh kesaktian dan kepandaian yang
dimilikinya. Maka jadilah Roro Jonggrang seorang putri yang cantik jelita dan
sakti mandraguna.
Sementara
itu di tempat lain, tersebutlah sebuah kerajaan yang tak kalah besarnya dengan
Prambanan, yakni Kerajaan Pengging. Kerajaan itu memiliki seorang kesatria yang
sakti bernama Bondowoso. Kesaktian Bondowoso terletak pada senjatanya yang
bernama Bandung. Selain itu, Bondowoso juga mempunyai balatentara berupa jin.
Jika membutuhkan bantuan, Bondowoso mampu mendatangkan jin tersebut dalam waktu
sekejap.
Suatu
ketika, Raja Pengging bermaksud memperluas wilayah kekuasaannya. Ia pun
memerintahkan Bondowoso dan pasukannya untuk menyerang Prambanan.
“Hai,
Bondowoso! Siapkan pasukanmu untuk pergi menyerang Prambanan!” perintah Raja
Pengging.
“Baik,
Gusti! Perintah segera hamba laksanakan!” jawab Bondowoso sambil memberi
hormat.
Keesokan
harinya, berangkatlah Bondowoso bersama pasukannya ke Prambanan. Setibanya di
Prambanan, mereka langsung menyerbu masuk ke dalam istana. Prabu Baka pun tidak
tinggal diam. Ia segera memerintahkan pasukannya untuk menahan serangan pasukan
Bondowoso yang datang secara tiba-tiba. Pertempuran sengit pun tak terelakkan
lagi. Namun karena pasukan Prabu Baka kurang persiapan dalam pertempuran itu,
akhirnya pasukan Bondowoso berhasil menaklukkan mereka. Prabu Baka sendiri
tewas terkena senjata sakti Bandowoso yang bernama Bandung. Sejak itu,
Bondowoso pun dikenal dengan nama Bandung Bondowoso.
Setelah
Bandung Bondowoso dan pasukannya memenangkan pertempuran itu, Raja Pengging pun
mengamanatkan Bandung Bondowoso untuk menempati istana Prambanan.
“Wahai,
Bandung Bondowoso! Sebagai ucapan terima kasihku atas keberhasilanmu
mengalahkan Prabu Baka, aku memberimu amanat untuk mengurus Kerajaan Prambanan
dan segala isinya, termasuk keluarga Prabu Baka,” kata Raja Pengging.
“Terima
kasih, Gusti! Hamba berjanji untuk menjaga amanat Gusti,” jawab Bandung
Bondowoso.
Setelah
itu, Bandung Bondowoso pun segera menempati istana Prambanan. Pada saat hari
pertama menempati istana Pramabanan, ia langsung terpesona melihat kecantikan
Roro Jonggrang dan berniat untuk menjadikannya sebagai permaisuri.
Pada
suatu hari, Bandung Bondowoso menyatakan maksud hatinya kepada Raja Jonggrang.
“Wahai,
putri Roro Jonggrang! Bersediakah engkau menjadi permaisuriku?” tanya Bandung
Bondowoso.
Roro
Jonggrang tidak langsung menjawab pertanyaan itu. Ia hanya terdiam dan kebingungan.
Sebenarnya, ia amat membenci Bandung Bondowoso karena telah membunuh ayahnya.
Namun, ia takut menolak lamarannya karena bagaimana pun juga ia tidak akan
sanggup mengalahkan kesaktian Bondowoso. Setelah berpikir sejenak, Roro
Jonggrang pun menemukan satu cara untuk menolak lamaran itu dengan cara yang
halus.
“Baiklah,
Bandung Bondowoso! Aku bersedia menerima lamaranmu, tapi kamu harus memenuhi
satu syaratku,” jawab Roro Jonggrang.
“Apakah
syaratmu itu, Roro Jonggrang?” tanya Bandung Bondowoso.
“Buatkan
aku seribu candi dan dua buah sumur dalam waktu semalam,” jawab Roro Jonggrang.
Tanpa
berpikir panjang, Bandung Bondowoso pun menyanggupinya, karena ia yakin mampu
memenuhi syarat itu dengan bantuan balantentaranya. Pada malam harinya, Bandung
Bondowoso mengundang balatentaranya yang berupa jin tersebut. Dalam waktu
sekejap, balatentaranya pun datang dan segera membangun candi dan sumur
sebagaimana permintaan Roro Jonggrang. Mereka bekerja dengan sangat cepat. Pada
dua pertiga malam, mereka hampir menyelesaikan seribu candi. Hanya tinggal tiga
buah candi dan sebuah sumur yang belum mereka selesaikan.
Roro
Jonggrang yang ikut menyaksikan pembuatan candi itu mulai khawatir. Ia pun
segera memberitahukan hal itu kepada salah seorang dayang kepercayaannya.
“Dayang!
Pembangunan seribu candi dan penggalian dua buah sumur tersebut hampir selesai.
Apa yang harus kita lakukan?” tanya Roro Jonggrang kepada dayang itu.
“Tenanglah,
Gusti! Pasti ada jalan keluarnya,” hibur dayang itu.
Roro
Jonggrang kembali berpikir keras dan ia pun menemukan jalan keluarnya. Ia akan
membuat suasana menjadi seperti pagi, sehingga para jin tersebut menghentikan
pekerjaannya sebelum menyelesaikan seribu candi.
“Dayang!
Segera bangunkan teman-temanmu! Suruh mereka membakar jerami dan menumbuk padi
di lesung, serta menaburkan bunga-bunga yang harum baunya!” perintah Roro
Jonggrang.
“Baik,
Gusti!” jawab dayang itu seraya bergegas masuk ke dalam istana membangunkan
dayang-dayang lainnya.
Dayang-dayang
pun bangun dan segera melaksanakan perintah Roro Jonggrang. Tak berapa lama,
tampaklah cahaya kemerah-merahan dari arah timur akibat dari pemakaran jeramih.
Suara lesung pun terdengar bertalu-talu. Bau harum bunga-bungaan mulai tercium.
Beberapa saat kemudian, suara ayam jantan berkokok mulai terdengar. Para
balatentara Bandung Bondowoso pun segera menghentikan pekerjaannya, karena
mengira hari sudah pagi. Mereka pergi meninggalkan tempat pembuatan candi
tersebut, padahal kurang sebuah candi lagi yang belum mereka selesaikan.
Batu-batu berukuran besar masih berserakan di tempat itu.
Melihat
balatentaranya akan kembali ke alamnya, Bandung Bondowoso berteriak dengan
suara keras.
“Teman-teman,
kembalilah! Hari belum pagi. Genapkan seribu candi. Tinggal sebuah candi lagi!”
teriak Bandung Bondowoso.
Para
jin tersebut tidak menghiraukan teriakannya. Akhirnya, Bandung Bondowoso
berniat meneruskan pembangunan candi itu untuk menggenapi seribu candi. Namun
belum selesai candi itu ia buat, pagi sudah menjelang. Ia pun gagal memenuhi
permintaan Roro Jonggrang. Mengetahui kegagalan Bondowoso tersebut, Roro
Jonggrang segera menemuinya di tempat pembuatan candi itu.
“Bagaimana
Bandung Bondowoso? Apakah candiku sudah selesai?” tanya Roro Jonggrang sambil
tersenyum.
Betapa
marahnya Bandung Bondowoso melihat sikap Roro Jonggrang itu. Apalagi setelah ia
mengetahui bahwa Roro Jonggranglah yang telah menggagalkan usahanya. Ia pun
melampiaskan kemarahannya dengan mengutuk Roro Jonggrang menjadi arca.
“Hai,
Roro Jonggrang! Kamu telah menggagalkan usahaku untuk mewujudkan seribu candi
yang kurang satu lagi. Jadilah kau arca dalam candi yang keseribu!” teriak
Bandung Bondowoso.
Berkat
kesaktian Bandung Bondowoso, seketika itu pula Roro Jonggrang berubah menjadi
arca batu. Wujud arca itu sangat cantik, secantik Roro Jonggrang. Hingga kini,
arca itu dapat disaksikan di dalam ruang candi besar yang bernama Candi Roro
Jonggrang yang berada dalam kompleks Candi Prambanan. Sementara candi-candi
yang ada di sekitarnya disebut dengan Candi Sewu. Sewu dalam bahasa Jawa
berarti seribu
(Arca Roro Jonggrang)
Pesan Moral
Cerita
diatas tergolong legenda yang mengandung pesan-pesan moral yang dapat dijadikan
pelajaran dalam kehidupan sehari-hari. Pada tokoh Roro Jonggrang dapat
digambarkan bahwa dia sebagai wanita yang tidak dapat menghargai suatu kerja
keras dari seseorang yang mencintainya. Disini
kita dapat memetik pelajaran untuk tidak menggagalkan suatu kerja keras dari
seseorang.
Daftar
pustaka:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar